BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dewasa
ini manusia sedang menghadapi perubahan yang begitu cepat yang timbul sebagai
dampak dan kewajiban ilmu pengetahuan. Apalagi jika didasarkan pada asumsi
bahwa segala problem itu berpangkal dan suatu penerapan konsep pendidikan yang
merangsang serta mendorong progresivitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tak terkendali.
Di
kalangan Islam juga muncul berbagai isu tentang krisis pendidikan serta problem
lainya yang dengan sangat mendesak menuntut suatu pemecahan berupa terwujudnya
suatu sistem pendidikan yang didasarkan atas konsep Islam.
Salah
satu solusi pemecahannya adalah pembenahan manajemen dan kepemimpinan dalam
pendidikan. Selain dari dunia bisnis, negara maupun organisasi manajemen
mempunyai peran penting untuk mengantarkan kemajuan pendidikan. Kalau manajemen
negara mengejar kesuksesan pembangunan sedangkan manajemen pendidikan (sekolah)
mengejar kesuksesan perkembangan anak manusia melalui pelayanan-pelayanan
pendidikan yang memadai.
Pada makalah
ini akan dipaparkan pengertian manajemen dan kepemimipinan pendidikan Islam
beserta hal-hal yang terkait dengan manajemen dan kepemimpinan pendidikan Islam
guna mencapai tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
manajemen dan kepemimpinan pendidikan Islam?
2.
Apa fungsi
manajemen pendidikan Islam?
3.
Apa
karakteristik manajemen pendidikan Islam?
4.
Bagaimana
kepemimpinan dalam pendidikan Islam?
5.
Apa saja permasalahan di dalam
manajemen dan kepemimpinan lembaga pendidikan Islam?
6.
Bagaimana solusi atas
permasalahan di dalam manajemen dan kepemimpinan pendidikan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat sifat kepribadian, termasuk
didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan
yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas tugas yang
dibebankan kepadanya dengan rela,penuh semangat,ada kegembiraan batin, serta
merasa tidak terpaksa.[1]
Sedangkan pengertian
kepemimpinan dalam pendidikan adalah (dalam hal ini kepala sekolah) merupakan
suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing,
mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.[2]
2. Tipe atau Gaya Kepemimpinan
Tipe dan gaya kepemimpinan
yang pokok ada tiga, yaitu (1) otokratis, (2) laissez faire, (3) Demokratis
a.
Kepemimpinan
yang Otokratis
·
Pemimpin
bertindak sebagai dictator
·
Kekuasaan
pemimipin hanya dibatasi undang undang
·
Penafsiran
sebagai pemimpin hanyalah menunjukkan dan memberi perintah
·
Anggota tidak
boleh membantah atau mengajukan saran
·
Pemimpin tidak menghendaki
rapat atau musyawarah
·
Supervisi bagi
pemimpin hanyalah mengontrol segala perintah perintah yang telah ia berikan
untuk ditaati dan dijalani
b.
Kepemimpinan
yang Laissez Faire
·
Pemimpin
membiarkan orang berbuat sekehendaknya
·
Pemimipin sam
sekali tidak memberikan kontrol, dan koreksi terhadap pekerjaan anggotnya.
·
Kekuasaan dan
tanggung jawab bersimpang siur dan tidak teratur.
·
Tingkat
keberhasilan organisasi semata mata disebabkan karena kesadaran anggota.
·
Struktur
organisasinya tidak jelas dan kabur.
c.
Kepemimpinan
yang Demokratis
·
Pemimpin bukan
diktator akan tetapi merakyat
·
Hubungan dengan
anggotanya berasas kekeluargaan
·
Pemimipin selalu
berusaha menstimulasi anggota anggotanya agar bekerja secara kooperatif.
·
Mau menerima
kritik dan saran dari kelompoknya.
·
Pemimpin selalu
berusaha membangun semangat anggota.
Tipe demokrasi merupakan tipe
kepemimpinan yang paling baik terutama untuk kepemimpinan pendidikan.[3]
3. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dan bahasa Inggris “management”,
dipandang dari segi anti kata manajemen berarti pengelolaan.[4]
Kamus istilah manajemen mengartikan manajemen sebagai (1) Proses
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. (2) Pejabat
pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi.[5]
Dapat pula manajemen diambil pengertian sebagai tata laksana untuk
mencapai tujuan dan umumnya yang memegang police tata laksana yang disebut
manajer (pimpinan, ketua, kepala). Manajer harus dapat melaksanakan, mengatur
proses fungsi manajemen yang meliputi (1) perencanaan, (2) koordinasi /
organisasi, (3) pengarahan, (4) kontrol / pengawasan dan (5) evaluasi /
penilaian.
Secara umum manajemen dapat diidentifikasikan sebagai kemampuan atas
ketrampilan memperoleh sesuatu hasil dalm rangka pencapaian tujuan melalui
kegiatan-kegiatan orang lain. Dan orang yang mengatur tata laksana kegiatan
orang-orang yang terlibat pencapaian tujuan itu disebut manajer (pimpinan,
ketua, kepala). Adapun secara khusus dalam dunia pendidikan, manajemen
diartikan sebagai memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih manajemen
sebagai aktivitas agar konsisten dengan istilah administrasi dengan
administrator dalam mengemban misi sebagai atasan dan sebagai manajer dalam
memadukan sumber-sumber pendidikan serta sebagai supervisor dalam membina
guru-guru pada proses belajar mengajar.
4.
Pengertian Pendidikan Islam
Untuk memberikan pengertian pendidikan Islam, lebih bijaknya kalau
melihat konsep pendidikan terlebih dahulu. Menurut Ki Hajar Dewantoro, mendidik
adalah menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anaknya mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya.[6]
Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terhadap terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.[7]
Dari pengertian tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan itu dilaksanakan oleh orang dewasa yang ditujukan kepada anak yang
merupakan benih yang berkembang membutuhkan bimbingan dan bantuan. Pendidikan
merupakan suatu hal yang penting bagi anak calon manusia dewasa yang akan
mengemban tugas melaksanakan dan melanjutkan kekhalifahan di bumi yang mempunyai
tanggung jawab di hadapan Allah.
5.
Manajemen Pendidikan Islam
Dari beberapa uraian manajemen dan pendidikan Islam ternyata adalah
penggabungan dua ilmu yaitu manajemen dan pendidikan Islam. Menurut Prof. Dr.
Mujamil Qomar manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan
lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber
belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam
secara efektif dan efisien.[8]
Lebih
lanjut definisi di atas dapat dijabarkan sebagai berikut untuk mempermudah
pemahaman dan implikasi yang ada.
Pertama,
proses pengelolaan lembaga pendidikan secara Islami. Dalam proses pengelolaan
ini aspek yang ditekankan adalah nilai keislaman yang bersandar pada Al Qur’an
dan Al Hadist. Misalnya terkait dengan pemberdayaan, penghargaan, kualitas,
dll.
Kedua,
lembaga pendidikan Islam. Fokus dan manajemen pendidikan Islam adalah menangani
lembaga pendidikan Islam mulai dan pesantren, madrasah, perguruan tinggi dan
sebagainya.
Ketiga,
proses pengelolaan pendidikan Islam secara Islami. Proses pengelolaan harus
sesuai dengan kaidah-kaidah Islam atau memakai kaidah-kaidah menejerial yang
sifatnya umum tapi masih sesuai dengan nilai-nilai keislaman.
Keempat
dengan cara menyiasati. Hal ini mengandung makna strategi, karena manajemen
penuh siasat atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Demikian pula
dengan manajemen pendidikan Islam yang selalu memakai strategi tertentu.
Kelima,
sumber-sumber belajar dan hal-hal yang terkait. Sumber-sumber belajar di sini
memiliki cakupan yang luas, yaitu:
- Manusia, yang
meliputi : guru, murid, pegawai dan pengurus
- Bahan, yang
meliputi buku, perpustakaan, dll
- Lingkungan
merupakan segala hal yang mengarah ke masyarakat
- Alat dan
peralatan seperti alat peraga, laboratorium, dsb
- Aktivitas yang
meliputi keadaan sosio politik, sosio kultural dalam masyarakat
Keenam,
tujuan pendidika Islam. Tujuan merupakan hal yang vital yang mengendalikan dan
mempengaruhi komponen-komponen dalam lembaga pendidikan agama Islam.
Ketujuh,
efektif dan efisien. Artinya, manajemen yang berhasil mencapai tujuan dengan
penghematan tenaga, waktu dan biaya.[9]
Menurut
Mujamil Qomar, perwujudan secara riil manajemen pendidikan Islam masih kalah
dengan non muslim hal ini ditunjukkan oleh hal-hal di bawah ini :
1. Islam masih terbiasa
dengan tradisi dakwah, ukan akademik
2. Dalam hal pendanaan
Islam masih jauh dari kebutuhan.
3. Kepedulian
masyarakat terhadap pendidikan Islam masih kurang, masyarakat Islam jika
mempunyai anak pandai di sekolahkan pada sekolah negeri.
4. Profesionalisme
masyarakat muslim masih apa adanya.
B. Fungsi
Manajemen Pendidikan Islam
Menurut Mahdi bin Ibrahim, fungsi manajemen pendidikan
Islam meliputi; Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan
pengawasan.
1.
Fungsi
Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah
sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk
pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan
hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan
harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer
dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting
dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam
akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah
memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah
rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam
Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr: 18)
Ketika menyusun sebuah
perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai
tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas
target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target
kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara
seimbang.
2.
Fungsi
Pengorganisasian (organizing)
Ajaran Islam senantiasa
mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir
dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan
rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Sebuah organisasi dalam
manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan
organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini
dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga
pendidikan islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam.
3.
Fungsi
Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah
proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai
yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Dalam manajemen
pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi
pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya
harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu: Keteladanan, konsistensi,
keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa
perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar
kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap
isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh sipenerima pengarahan.
Dengan demikian
dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan Islam
adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan
kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh-
sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
4.
Fungsi
Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah
keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin
bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang
terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik
yang bersifat materil maupun spirituil. Monitoring bukan hanya dilakuakan oleh
manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang
menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa
pelaksana berbagai perencanaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab
kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain
pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan
manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.[10]
C. Karakteristik Manajemen Pendidikan
Islam
Manajemen pendidikan Islam merupakan manajemen pendidikan yang berlabel
Islam. Sudah barang tentu mempunyai karakteristik tersendiri. Karakteristik itu
tidak lepas yang bersifat Islami.
Islam, menurut prof.
Mujamil Qomar dapat dimaknai sebagai Islam wahyu dan Islam budaya. Isalm wahyu
meliputi al Quran dan hadis-hadis Nabi, baik hadis Nabawi maupun hadis Qudsi.[11] Sementara
itu, Islam budaya meliputi ungkapan sahabat Nabi, pemhaman ulama, pemahaman
cendekiawan Muslim dan budaya umat Islam. Kata Islam yang menjadi identitas
manajemen pendidikan ini dimaksudkan dapat mencangkup makna keduanya, yakni
Islam wahyu dan Islam budaya. Karena itu, pembahasan dalam manajemen melibatkan
wahyu dan budaya kaum muslimin ditambah dengan kaidah-kaidah manajemen
pendidikan secara umum. Bahan-bahan keilmuan dalam manajemen pendidikan islam
meliputi :
1. Teks-teks wahyu, baik al Quran maupun hadis sahih sebagai
pengendali bangunan rumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam.
2. Aqwal (perkataan-perkataan) para sahabat Nabi, ulama,
cendekiawan muslim sebagai pijakan logis argumentative dalam menjelaskan
kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan islam
3. Perkembangan lembaga pendidika islam sebagai pijakan
empiris dalam mendasari perumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan
islam.
4. Kultur komunitas (pimpinan dan pegawai) dalam lembaga
pendidikan islam sebagai pijakan empiris dalam merumuskan kemungkinan strategi
yang khas dalam mengelola lembaga pendidikan islam
5. Ketentuan kaidah- kaidah manajemen pendidikan sebagai pijakan
teoritis dalam mengelola lembaga pendidikan isalm, dengan tetap melkukan kritik
jika terdapat ketentuan-ketentuan atau prinsip-prinsip yang tidak relevan
supaya sesuai dengan kondisi budaya yang terjadi dalam lembaga pendidikan
islam.[12]
D. Kepemimpinan dalam Lembaga Pendidikan
Islam
Salah satu bentuk
kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam adalah kepala sekolah. Kepala
sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan, karena ia merupakan pemimpin
dilembaganya. Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala
sekolah.karena mereka merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak
ditempuh sekolah menuju tujuannya.sekolah yang efektif , bermutu, dan favorit
tidak lepas dari peran kepala sekolahnya.maka ia harus mampu membawa lembaganya
kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,ia harus mampu melihat adanya
perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih
baik.kepal sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan
semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya
atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.
Sebagai pemimpin
pendidikan yang professional,kepala sekolah dituntut untuk selalu mengadakan
perubahan, mereka harus memiliki semangat yang berkesinambungan untuk mencari
terobosan-terobosan baru demi menghasilkan suatu perubahan yang bersifat
pengembangan dan penyempurnaan.dari kondisi yang memprihatinkan menjadi kondisi
yang lebih dinamis, baik segi fisik maupun akademik ,seperti perubahan semangat
keilmuan,atmosfer belajar dan peningkatan strategi pembelajaran.disamping itu,
kepala sekolah juga harus berusaha keras menggerakkan para bawahannya untuk
berubah ,setidaknya mendukung perubahan yang dirintis kepala sekolah secara
proaktif,dinamis, bahkan progresif, system kerja para bawahan harus lebih
kondusif, kinerja mereka harus dirangsang supaya meningkat, disiplin mereka
harus dibangkitkan, sikap kerjasama mereka lebih dibudayakan, dan suasana
harmonis diantara mereka lebih diciptakan.
Secara garis besar kualitas dan
kompetensi kepala sekolah dapat dinila dari kinerjanya dalam mengaktualisasikan
fungsi dan perannya sebagai kepala sekolah yaitu meliputi:[13]
1. Sebagai
Pendidik (educator)
a.
Kemampuan
membimbing guru dalam melaksanakan tugas
b.
Mampu
memberikan alternative pembelajaran yang efektif
c.
Kemampuan
membimbing bermacam-macam kegiatan kesiswaan
2. Sebagai
Manajer
a.
Kemampuan
menyusun organisasi personal dengan uraian tugas sesuai dengan standar yang ada.
b.
Kemampuan
menggerakkan stafnya dan segala sumber daya yang ada serta lebih lanjtu
memberikan acuan yang dinamis dalam kegiatan rutin dan temporer.
c.
Kemampuan
menyusun program secara sistematis.
3. Sebagai
Administrator
a.
Kemampuan
mengelola semua perangkat KBM secara sempurna dengan bukti berupa data
administrasi yang akurat.
b.
Kemampuan
mengelola administrasi kesiswaan , ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana,
dan administrasi persuratan dengan ketentuan yang berlaku
4. Sebagai
Supervisor
a.
Kemampuan
menyusun program supervise pendidikan dilembaganya yang dapat melaksanakan
dengan baik
b.
Kemampuan
memanfaatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru dan karyawan
c.
Kemampuan
memanfaatkan kinerja guru atau karyawan untuk pengembangan dan peningkatan mutu
pendidikan
5. Sebagai
Pemimpin
a.
Memiliki
kepribadian yang kuat
b.
Memahami
semua personalnya yang memiliki kondisi yang berbeda, begitu juga kondisi
siswanya berbeda dengan yang lainnya
c.
Memiliki
upaya untuk peningkatan kesejahteraan guru dan karyawannya
6.
Sebagai
Inovator
a. Memiliki
gagasan baru (proaktif) untuk inovasi dan perkembangan madrasah, memilih yang
relevan untuk kebutuhan lembaganya
b. Kemampuan
mengimplementasikan ide yang baru dengan baik
c. Kemampuan
mengatur lingkungan kerja sehingga
lebih kondusif
E. Permasalahan di dalam Manajemen dan Kepemimpinan Lembaga Pendidikan
Islam
Jenis dan bentuk konflik itu memiliki implikasi dan konsekuensi bagi
manajer lembaga pendidikan islam. Karena, manajer memiliki peran yang
fungsional dalam mengelola konflik dan diharapkan mampu mengelolanya sebaik
mungkin sehingga menghasilkan kepuasan bagi semua pihak, terutama pihak yang
berkonflik. Setidaknya, mereka tidak lagi membuat ulah yang berpotensi menyulut
konflik baru pasca penyelesaian konflik.
Tugas seorang
pemimpin lembaga pendidikan islam harus mampu menyelesaikan permasalahan atau
konflik yang sedang dihadapinya, seperti:[14]
1. Konflik diri
sendiri, seperti kepela madrasah pada waktu yang sama dihadapkan pada pilihan
dilematik antara pergi kemadrasah tepat waktu sebagaimana ketentuan yang sudah
disepakati atau kepentingan mengantar istri kepasar karena memilikihajatyang
sangat peting. Memilih dua kepentingan ini benar-benar menimbulkan konflik
dalam dirinya yang sama-sama beresiko. Dan ternyata tidak banyak kepala
madrasah yang memilih pergi kemadrasah tepat waktu sebagai teladan bagi
bawahannya dengan menunda kepentingan keluarga (istri).
2. Konflik antar pemimpin madrasah dengan ketua yayasan. Konflik antar
pemimpin ini angat menggangu proses pembelajaran dan tentu berdampak negatif
pada mutu hasil pembelajaran atau pendidikan. Konflik semacam ini merupakan
konflik tingkat tinggi, karena terjadi pertentangan antar pimpinan, yaitu
konflik antar pimpinan penyelenggara pendidikan (ketua yayasan) dengan pimpinan
pelaksana pendidikan (kepala madrasah). Di Indonesia disinyalir banyak yayasan
yang mengaharapkan pendapatan finansial dari pelaksana pendidikan, padahal
pihak pelaksana pendidikan sendiri juga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
dasar madrasah
3. Konflik
antar pemimpin madrasah dengan guru, dalam hal ini hubungan antar pemimpin
madrasah dengan guru kadang tidak harmonis, dikarenakan adanya perbedaan
pendapat dalam musyawarah ataupun dalam
penyelesaian masalah. Hal semacam ini sering terjadi di madrasah-madrasah.
4. Konflik
antar pemimpin madrasah dengan ketua komite (masalah dana pembiayaan
operasional madrasah). Seperti, dalam rapat untuk penentuan dana pembanguna
madrasah, adanya perselisihan pendapat antar keduanya dalam pengambilan
keputusan dana tersebut.
Beberapa
factor yang menyebabkan lemahnya manajemen pendidikan Islam pada saat ini
sebagai berikut:
1. Islam masih terbiasa dengan
tradisi dakwah, ukan akademik
2. Dalam hal pendanaan Islam
masih jauh dari kebutuhan.
3. Kepedulian
masyarakat terhadap pendidikan Islam masih kurang, masyarakat Islam jika
mempunyai anak pandai di sekolahkan pada sekolah negeri.
4. Profesionalisme masyarakat
muslim masih apa adanya.
F. Solusi
atas Permasalahan di dalam Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam
1. Untuk mengatasi konflik pribadi diatas hendaknya
seorang pemimpin mempunyai keprofesionalan untuk membedakan antara kepentingan pribadi
dan kepentingan lembaga. Seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan
lembaga diatas kepentingan pribadi.
2. Dalam hal mengatasi konflik antar pemimpin
madrasah dengan ketua yayasan seperti diatas, diperlukan suatu upaya untuk
menyinkronkan permasalahan. Kedua belah pihak perlu bertemu untuk membahas dan
merumuskan jalan keluar dari permasalahan yang ada sehingga tercapailah suatu
kemufakatan untuk kepentingan bersama.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga
pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dan
hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif
dan efisien. Fungsi manajemen pendidikan Islam meliputi;
Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.
Permasalahan yang
sering terjadi dalam lembaga pendidikan Islam antara lain: konflik diri
sendiri, konflik antar pemimpin
madrasah dengan ketua yayasan, konflik antar pemimpin madrasah dengan guru, konflik
antar pemimpin madrasah dengan ketua komite (masalah dana pembiayaan
operasional madrasah). Solusi atas permaslahan tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk mengatasi konflik pribadi diatas hendaknya
seorang pemimpin mempunyai keprofesionalan untuk membedakan antara kepentingan
pribadi dan kepentingan lembaga.
2. Dalam hal mengatasi konflik antar pemimpin
madrasah dengan ketua yayasan seperti diatas, diperlukan suatu upaya untuk
menyinkronkan permasalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Daryanto, M., Administrasi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
http://mpiuika.wordpress.com/2009/10/22/makalah-diskusi-mpi-kelompok-1/
Idris, Zahara, Dasar-dasar
Kependidikan, Padang: Angkasa Raya, 1981.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Al
Ma’arif , 1989.
Marno,
Triyo Suppriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung:
Refika Aditma, 2008.
Purwanto,
Ngalim, .Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2006.
Ridzaha,
Taliziduku, Manajemen Perguruan Tinggi, Jakarta: Bina Aksara, 1988.
Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta:
Erlangga, 2008.
_______, Meneliti Jalan Pendidikan Islam, Yogyakarta: P3M STAIN
Tulung Agung dengan Pustaka Pelajar, 2003.
[4] Mujamil
Qomar Etial, 2003, Meneliti Jalan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: P3M
STAIN Tulung Agung dengan Pustaka Pelajar), hal. 296
[11] Mujamil Qomar, Manajemen
Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 15.
[12] Ibid, hlm. 37.
[13]
Marno, Triyo
Suppriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung:
Refika Aditma, 2008), hlm. 37-39.
Makalah Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam
4/
5
Oleh
Anonymous