BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Thaharah
Thaharah berdasarkan
arti harfiah berarti bersih dan suci, sedangkan berdasarkan pengertian syara`,
thaharah berarti mensucikan diri, pakaian dan tempat dari hadats dan najis,
khususnya pada saat kita hendak shalat. Lebih jauh lagi, thaharah berarti
mensucikan diri dan hati. Thaharah hukumnya wajib bagi setiap mukmin. Allah swt
berfirman :
“Hai orang yang berselimut. Bangunlah,
kemudian berilah peringatan !, dan agungkanlah Tuhanmu. Dan bersihkanlah
pakaianmu“. (QS. Al-Muddatstsir : 1-4).
Dan pada surat al- baqorah ayat 222 yang
artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-
orang yang mensucikan diri .”
B. Macam-Macam Air
Ditinjau dari segi
hukumnya, air itu dapat dibagi empat bagian:
1. Air suci dan mensucikan, yaitu air muthlak
artinya air yang masih murni, dapat digunakan untuk bersuci dengan tidak makruh
(air muthlak artinya air yang sewajarnya.
2. Air suci dan dapat mensucikan, terapi makhruh
digunakan, yaitu air musyammas (air yang dipanaskan dengan matahari) di tempat
logam yang bukan emas.
3. Air suci tetapi tidak dapat mensucikan, seperti
a. Air musta’mal (telah digunakan untuk bersuci) menghilangkan hadats, atau
menghilangkan najis kalau tidak berubah rupanya, rasanya dan baunya.
4. Air mutanajis, yaitu ait yang kena najis
(kemasukan najis), sedang jumlahnya kurang dari dua kullah, maka air yang
semcam ini tidak suci dan tidak dapat mensucikan. Jika lebih dari dua kullah
dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci. Dua kullah sama dengan 216
liter, jika berbentuk bak, maka besarnya = panjang 60 cm dan dalam/tinggi 60
cm.
C. Macam-Macam Najis
Najis ialah suatu benda
yang kotor menurut syara’.
1. Pembagian Najis :
Najis itu dapat dibagi 3 bagian:
1. Najis Mukhaffafah (ringan) : ialah air kencing
bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu
kecuali air susu ibunya.
2. Najis Mughallazhah (berat) : ialah
najis anjing dan babi dan keturunannya.
3. Najis Mutawassithah (sedang) : ialah najis yang
selain dari dua najis tersebut diatas, seperti segala sesuatu yang keluar dari
kubul dan dubur manusia dan binatang, kecuali air mani, barang cair yang memabukkan,
susu hewan yang tidak halal dimakan, bangkai, juga tulang dan bulunya, kecuali
bangkai-bangkai manusia dan ikan serta belalang.
Najis mutawassithah
dibagi menjadi dua:
1.
Najis ‘ainiyah : ialah najis yang berujud, yakni yang nampak dapat dilihat
2. Najis hukmiyah : ialah najis yang tidak kelihatan
bendanya, seperti bekas kencing, atau arak yang sudah kering dan sebagainya.
2. Cara Menghilangkan Najis
1. Barang yang kena najis mughallazhah seperti
jilatan anjing atau babi, wajib dibasuh 7 kali dan salah satu diantaranya
dengan air yang bercampur tanah.
2. Barang yang terkena najis mukhaffafah, cukup
diperciki air pada tempat najis itu.
3. Barang yang terkena najis mutawassithah dapat
suci dengan cara di basuh sekali, asal sifat-sifat najisnya (warna, bau dan
rasanya) itu hilang. Adapun dengan cara tiga kali cucian atau siraman lebih
baik.
Jika najis hukmiyah cara
menghilangkannya cukup dengan mengalirkan air saja pada najis tadi.
3. Najis yang Dimaafkan (Ma’fu)
Najis yang dimanfaatkan
artinya tak usah dibasuh/dicuci, misalnya najis bangkai hewan yang tidak
mengalir darahnya, darah atau nanah yang sedikit, debu dan air lorong-lorong
yang memercik sedikit yang sukar menghindarkannya.
Adapun tikus atau cecak
yang jatuh ke dalam minyak atau makanan yang beku, dan ia mati di dalamnya,
maka makanan yang wajib dibuang itu atau minyak yang wajib dibuang itu, ialah
makananatau minyak yang dikenainya itu saja. Sedang yang lain boleh dipakai
kembali. Bila minyak atau makanan yang dihinggapinya itu cair, maka semua
makanan atau minyak itu hukumnya najis. Karena yang demikian itu tidak dapat
dibedakan mana yang kena najis dan mana yang tidak.
D. Hadats
1. Pengertian Hadats
Hadats secara etimologi
(bahasa), artinya tidak suci atau keadaan badan tidak suci – jadi tidak boleh
shalat. Adapun menurut terminologi (istilah) Islam, hadats adalah keadaan badan
yang tidak suci atau kotor dan dapat dihilangkan dengan cara berwudhu, mandi
wajib, dan tayamum. Dengan demikian, dalam kondisi seperti ini dilarang (tidak
sah) untuk mengerjakan ibadah yang menuntut keadaan badan bersih dari hadats
dan najis, seperti shalat, thawaf, ’itikaf.
2. Pembagian Hadats
1. Hadats Kecil
Ada beberapa hal yang
menyebabkan hadats kecil, diantaranya adalah :
a. Keluarnya segala sesuatu selain mani, baik dari
dubur atau qubul, baik berupa hal yang biasa keluar atau tidak, seperti ;air
kencing, tahi, madzi, wadi, darah, batu kecil, ulat, atau belatung.
b. Hilang akal sebab tidur dengan posisi duduk tanpa
menetapkan pantat, mabuk, gila, epilepsi, pingsan dan lain-lain.
c. Sentuhan kulit lelaki dan perempuan yang bukan
mahrom secara langsung pada usia yang umumnya sudah menimbulkan syahwat.
d. Menyentuh kemaluan, lubang dubur, baik milik
sendiri atau orang lain, baik kemaluan orang hidup atau orang mati, milik
laki-laki atau perempuan, dengan telapak tangan bagian dalam secara langsung.
Ada tujuh macam perkara
yang diharamkan bagi orang yang berhadats kecil:
1. Shalat
2. Thawaf
3. Menyentuh mushaf
4. Membawa mushaf
5. Menyentuh sampul mushaf ketika
sambung dengan mushaf
6. Menyentuh tempat mushaf ketika mushaf
berada di dalamnya
7. Menyentuh sesuatu yang ada di
dalamnya terdapat tulisan Alquran dengan tujuan untuk dipelajari.
2. Hadats besar
Hal-hal yang
menyebabkan hadats besar:
a. Bertemunya alat kelamin laki-laki dan
perempuan
b. Keluar air mani, walaupun hanya
sedikit
c. Keluar darah haid
d. keluar darah nifas
e. Melahirkan
f. Mati
Perkara yang diharamkan
bagi orang yang berhadats besar ada enam macam ;
1. Shalat
2. Thawaf
3. Menyentuh mushaf
4. Membawa mushaf
5. Berdiam diri di masjid
6. Membaca Alquran
Adapun bagi wanita haid
dan nifas diharamkan melakukan sepuluh hal:
1. Shalat
2. Thawaf
3. Menyentuh mushaf
4. Membawa mushaf
5. Berdiam diri di masjid
6. Membaca Alquran
7. Berpuasa
8. Thalaq
9. Melewati masjid bila dikhawatirkan
darahnta menetes
10. Mengambil kenikmatan antara pusar
dan lutut
Makalah Fiqh Thaharah
4/
5
Oleh
Unknown