Tuesday, December 22, 2015

Makalah Pengembangan Profesionalitas Guru

                                                        BAB I                                                      
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah                  
           Pengembangan profesionalisasi guru dilakukan berdasarkan kebutuhan institusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri.  Menurut Danim dari perspektif institusi, pengembangan guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf  dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Selanjutnya dikatakan juga bahwa pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi adalah penting, namun hal yang lebih penting adalah berdasarkan kebutuhan individu guru untuk menjalani proses profesionalisasi. Karena substansi kajian dan konteks pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya.
                                                                           Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pedidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam  rangka pencapaian  secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru  (pendidik)  merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif  saat ini berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu : (1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah (4) implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).[1]
B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian profesionalitas guru?
2.      Bagaimana model pengembangan guru?
3.      Bagaimana strategi dalam pengembangan profesionalitas guru?
BAB II                                                                                                                    PEMBAHASAN

A. Pengembangan Profesionalisasi guru
    1. Makna Profesional, Profesionalisme, dan profesionalisasi
Berbicara mengenai profesional pemikiran kita akan tertuju pada pekerjaan. Menurut Danim Sudarman, makna profesional merujuk pada dua hal. Pertama orang yang menyandang suatu profesi. Orang yang profesional biasanya melakukan pekerjaan sesuai dengan keahliannya dan mengabdikan diri pada pengguna jasa dengan disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan profesionalnya itu. Kedua, kinerja atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalisme berasal dari bahasa inggris Profesionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional. Menurut Jasin, Anwar profesionalisme dapat diartikan sebagai kometmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk  standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama , yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan-praktis. [2]
2. Profesionalime Tenaga pendidik                                                                                                Jabatan tenaga pendidik  merupakan suatu jabatan profesional, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut;                                                                                   Jabatan tenaga pendidik bukan hanya menuntut kemampuan spisialisasi tenaga pendidik dalam arti menguasai pengetahuan akademik dan kemahiran profesional yang relevan dengan  bidang tugasnya sebagai Pendidik, tetapi juga tingkat kedewasaan dan tanggung jawab serta kemandirian yang tinggi  dalam mengambil keputusan. Kemampuan-kemampuan itu membuat tenaga pendidik memiliki nilai lebih dan kewibawaan yang tinggi  terhadap peserta didik yang diajarnya.                                            Sesuai dengan nilai sosial budaya  kita, secara historis kedudukan tenaga pendidik itu lebih tinggi dalam masyarakat kita. Tenaga pendidik adalah seorang yang patut dipatuhi, ditiru/ (diteladani )  kata dan perbuatannya. Motif utama menjadi tenaga pendidik bukan imbalan gaji atau kebendaan, tetapi adalah panggilan (calling) untuk mengabdi kepada tuhan, masyarakat dan kemanusian.                                                                                          Kesetiakawanan tenaga pendidik dapat berwujud organisasi tenaga pendidik, baik itu dalam bentuk asosiasi (persatuan) maupun serikat sekerja, sebagai wahana kerja sama untuk dapat saling membantu dan berusaha meningkatkan kemampuan profesionalismenya serta memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.[3]                                                     
3. Pengembangan Profesionalisme Tenaga Pendidik                                                                     Menurut Sudarwan pengembangan profesional tenaga pendidik dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan, pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk menyusun kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membant staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Dengan demikian tenaga pendidik dapat mengembangkan potensi sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam lingkungannya. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong  keinginan tenaga pendidik  untuk menikmati dan mendorong keinginan pribadinya, seperti halnya dia membantu peserta didiknya.[4]
                   Pembinaan tenaga pendidik oleh Perguruan Tinggi mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Memperdalam dan memperluas kemampuan dalam ilmu (kognitif)
     Secara konvensional, upaya tersebut (sasaran vartikel) berupa;                                               a. Pendidikan Pascasarjana                                                                                               b. Pendidikan jangka pendek
2. Meningkatkan kemampuan psikomotorik dan Afektif                                                            a. Kemampuan menuangkan  produk berfikir atau karya kedalam tulisan         ilmiah                                                                                                                   b. Kemampuan menjelaskan tulisan ilmiah secara lisan dalam perkuliahan,      dan forum ilmiah/ profesional                                                                                      c. Kemampuan dalam menyampaikan pendapat dalam forum ilmiah               d. Kemampuan mengerjakan pekerjaan dalam ruang lingkup bidang ilmu       yang ditekuninya.                                                                                                               e. Pemahaman dan kebiasaan menerapkan etika akademik                                                     f. Naluri keingintahuan, menghargai waktu, inovatif, kecintaan terhadap          bidang ilmu dan profesi, keteladanan.[5]
B. Model Pengembangan Guru
           Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan perubahan, baik itu secara perorangan , kelompok atau dalam satu sistem yang diatur oleh lembaga. Mulyasa menyebutkan bahwa pengembangan guru dapat dilakukan dengan cara on the job training  dan in service training. Sementara Castetter menyampaikan lima model pengembangan untuk guru seperti pada tabel berikut.                                                                                                                                      

Model Pengembangan Guru
Model Pengembangan guru
Keterangan
Individual Guided Staff  Development
(Pengembangan Guru yang Dipadu secara Individual)
Para guru dapat menilai kebutuhan belajar mereka dan mampu belajar aktif serta mengarahkan diri sendiri. Para guru harus dimotivasi saat menyeleksi tujuan belajar berdasar penilaian personil dari kebutuhan mereka
Observation/Assessment
(Observasi atau Penilaian)
Observasi dan penilaian dari intruksi menyediakan guru dengan data yang dapat direfleksikan dan dianalisis untuk tujuan peningkatan  belajar siswa. Refleksi oleh guru pada praktiknya dapat ditingkatkan oleh observasi lainnya.
Involvement in a development/Improvement Process
(keterlibatan dalam suatu proses Pengembangan/Peningkatan)
Pembelajaran orang dewasa lebih efektif ketika mereka perlu untuk mengetahui atau memecahkan suatu masalah. Guru perlu untuk memperoleh pengatahuan atau keterampilan melalui keterlibatan pada proses peningkatan sekolah atau pengembangan kurikulum.
Training (Pelatihan)
Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku yang pantas untuk ditiru guru dalam kelas. Guru-guru dapat merubah perilaku mereka dan belajar meniru perilaku dalam kelas mereka.
Inquiry (Pemeriksaan)

Pengembangan profesional adalah studi kerjasama oleh para guru sendiri untuk permasalahan dan isu yang timbul dari usaha untuk membuat praktik mereka konsisten dengan nilai-nilai bidang pendidikan.
                                                                                                                                                Dari kelima model pengembangan guru di atas, model “training” merupakan model pengembangan yang banyak dilakukan oleh lembaga pendidikan swasta. Pada lembaga pendidikan, cara yang populer untuk pengembangan kemampuan profesional guru  adalah dengan melakukan penataran (in service training) baik dalam rangka penyegaran (Refreshing) maupun peningkatan kemampuan(up –grading). Cara lain baik dilakukan sendiri-sendiri (informal)  atau bersama-sama, seperti : on the job training, workshop, seminar, diskusi penel, rapat-rapat, simposium, konferensi, dan sebagainya.[6]
            Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada pengembangan guru. Beberapa model pengembangan guru sengaja dirancang untuk menghadapi pembaharuan pendidikan. Candall mengemukakan model-model efektif pengembangan kemampuan profesional guru, yaitu : model mentoring, model ilmu terapan atau model “dari teori ke praktik”, dan model inquiry atau model reflektif. Model mentoring adalah  model dimana berpengalaman merilis  pengetahuannya atau melakukan aktifitas mentor pada guru yanng kurang berpengalaman. Model ilmu terapan berupa perpaduan antara hasil-hasil reset yang relevan dengan kebutuhan –kebutuhan praktis. Model inquiry yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru, para guru harus aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat, melakukan observasi, melakukan analisis kritis, dan merefleksikan pengalaman praktis mereka sekaligus meningkatnya, sedangkan menurut Soetjipto dan kosasi, pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan selama dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
 1. Pengembangan profesional selama pendidikan prajabatan
                Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu jadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.                                                                                       Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan , contoh-contoh  dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan, bahkan sikap profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru  berada dalam pendidikan prajabatan. Sering  juga pembentukan sikap tertentu  terjadi sebagai hasil sampingan (by product) dari pengatahuan yang diperoleh calon guru.
2. Pengembangan profesional selama dalam jabatan                                                                     Pengembangan sikap profesional  tidak terhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan para jabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan  dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan.[7]
     C. Strategi  Pengembangan Profesionalitas Guru
       Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Dapertemen Pendidikan Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif Program Pengembangan profesionalisme guru, sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru                                                                  Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru adalah minimal S1 dari program keguruan, maka masih ada guru-guru yang belum memenuhi ketentuan tersebut. Oleh karenanya program ini diperuntukkan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan S1 atau S2 pendidikan keguruan.                                                                                                      
2. Program Penyetaraan dan Sertifikasi                                                                                         Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai  dengan  latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program  pendidikan keguruan. Hal ini terjadi karena sekolah mengalami keterbatasan atau kelebihan guru mata pelaajaran tertentu. Sering terjadi kualifikasi pendidikan mereka lebih tinggi dari kualifikasi yang dituntut namun tidak sesuai, misalnya berijazah S1 tetapi bukan kependidikan. Mereka dapat mengikuti program penyetaraan atau sertifikasi.
3. Program Pelatihan  Terintegrasi Berbasis Kompetensi                                              
Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan saja belum cukup, diperlukan pelatihan guna meningkatkan profesionalismenya. Program pelatihan yang diusulkan adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, yaitu mengacu kepada tuntutan kompetensi. Selama ini pelaksanaan pelatihan bersifat persial dan pengembangan materi seringkali tumpang tindih, menghabiskan banyak waktu tenaga dan biaya serta kurang efisien. Tidak jarang dalam satu tahun seorang guru mengikuti tiga jenis pelatihan sehingga mengganggu kegiatan PBM, sebaliknya tidak sedikit guru yang belum pernah mengikuti pelatihan sekalipun dalam satu tahun. Oleh karenanya pelatihan yang di usulkan adalah pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTBK) yaitu pelatihan yang mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik, sehingga isi atau materi pelatihan yang akan dilatihkan merupakan gabungan atau integrasi bidang-bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk mencapai kompetensi.
4. Program Supervisi pendidikan                                                                                              Dalam praktik pembelajaran di kelas masih sering ditemui guru-guru yang ditingkatkan profesionalismenya dalam proses belajar mengajarnya. Sering ada persepsi yang salah atau kurang tepat dimana tugas supervisor dimaknai sebagai tugas untuk mencari kesalahan  atau untuk mengadili guru, padahal tujuannya untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Ciri utama supervisi adalah perubahan kearah yang lebih baik, positif  proses belajar mengajar lebih efektif dan efesien.[8]
5.  Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
  MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis disanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri dari dua unsur yaitu musyawarah dan  guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran adalah guru SMP dan SMA Negeri atau Swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab dalam mengelola mata pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
     Guru bertugas mengimplementasikan kurikulum di kelas. Dalam hal ini dituntut kerjasama yang optimal diantara para guru. Dengan MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru  dalam melaksanakan pembelajaran  yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik. Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan keprofesionalan para anggotanya.
6. Simposium Guru                                                                                                                        Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan sebagai wadah untuk saling berbagi pengalaman dan pemecahan masalah  yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu simposium. Melalui forum simposium guru ini diharapkan para guru menyebarluaskan upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini selain sebagai media untuk sharing pengalaman, juga berfungsi untuk kompetisi  antar guru, dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang, misalnya dalam pengunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau penulisan karya ilmiah.
7. Program pelatihan tradisional lainnya                                                                               Berbagai pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan. Bentuk-bentuk pelatihan ini sudah lama ada dan diakui cukup bernilai. Walaupun disadari bahwa seringkali berbagai bentuk kursus/pelatihan tradisional ini sering kali tidak dapat memenuhi  kebutuhan praktis dan pekerjaan guru. Oleh karena itu, suatu kombinasi antara materi akademis dengan pengalaman lapangan  akan sangat efektif untuk pengembangan kursus/pelatihan tradisional ini. Pelatihan ini pada umumnya mengacu pada suatu aspek khusus yang sifatnya penting untuk diketahui oleh para guru,misalnya: CTL, KTSP, Penelitian Tindakan Kelas , Penulisan Karya Ilmiah, dan sebagainya.
8. Membaca dan Menulis jurnal atau Karya Ilmiah
                 Sebagaimana diketahui bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya secara berkesinambungan  diproduksi oleh individual pengarang, lembaga pendidikan maupun  lembaga-lembaga lain. Jurnal atau bentuk karya ilmiah lainnya tersebut tersebar  dan dapat ditemui diberbagai  pusat sumber belajar (perpustakaan, internet, dan sebagainya). Walaupun artikel dalam jurnal cendrung singkat, tetapi dapat mengarahkan pembacanya kepada konsep-konsep baru dan pandangan untuk menuju kepada perencanaan dan penelitian baru. Ia juga memiliki kolom berita yang berkaitan dengan pertemuan, pameran, seminar, program pendidikan, dan sebagainya yang mungkin menarik bagi guru.
9. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah                                                                                 Kegiatan ini dapat dilakukan oleh masing-masing guru secara mandiri. Yang diperlukan adalah bagaimana memotivasi dirinya sendiri untuk berpartisipasi  dalam berbagai pertemuan ilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah memberikan makna penting untuk  menjaga kemutakhiran hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru. Tujuan utama kebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah adalah menyajiakan berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang tertentu.[9]
10. Melakukan Penelitian (khususnya penelitian tindakan kelas)                                      Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan studi sistematik yang dilakukan guru melalui kerjasama atau tidak dengan ahli pendidikan dalam rangka  merefleksikan  dan sekaligus meningkatkan praktik pembelajaran secara terus-menurus juga strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru.
11. Magang
                        Magang ini dilakukan bagi para guru pemula. Bentuk pelatihan pre-service atau in-service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru profesional melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan guru bidang studi tertentu. Berbeda dengan pendekatan pelatihan yang konvensional, fokos pelatihan magang ini adalah kombinasi antara materi akademis dengan suatu pengalaman lapangan dibawah supervisi guru yang senior dan berpengalaman.
12. Mengikuti Berita Aktual dan Media Pemberitaan
                               Pemilihan yang hati-hati program radio dan televisi, dan sering membaca surat kabar juga akan meningkatkan  pengatahuan guru mengenai pengembangan mutakhir dari proses pendidikan. Berbagai bentuk media tersebut sering kali memuat artikel-artikel maupun program-program.
13. Berpartisifasi dan Aktif  dalam Organisasi Profesi
Ikut serta menjadi anggota organisasi/komunitas profesional juga akan meningkatkan profesionalisme seorang guru. Dalam hal ini yang terpenting adalah guru harus pandai memilih suatu bentuk organisasi profesional yang dapat memberi manfaat utuh bagi dirinya melalui bentuk investasi waktu dan tenaga.
14. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat
  Kerjasama dengan teman seprofesi sangat menguntungkan bagi pengembangan profesionalisme guru. Banyak hal dapat dipecahkan dan dilakukan berkat kerjasama, seperti: Penelitian Tindakan Kelas, berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah dll.[10]
                                                BAB III                                                                            PENUTUP

A. Kesimpulan          
         Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam peningkatan SDM yang bermutu, karena pendidikan memiliki tanggung jawab besar  dalam kerangka membangun, membina dan mengembangkan kualitas manusia indonesia yang dijalanka secara terstruktur, sistematis dan terprogram serta berkelanjutan. Untuk menghasilkan SDM yang bermutu  dan berwawasan teknologi pendidikan diperlukan  profesionalisme Tenaga pendidik dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan.
          Tenaga pendidik yang profesional dapat diartikan sebagai kometmen para tenaga pendidik untuk meningkatkan profesionalismenya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi  yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu. Profesionalisme pendidik dapat dicapai dengan memperdalam bidang keilmuan (kognitif) melalui pendidikan pasca sarjana, pendidikan dan latihan jangka pendek;meningkatka kemampuan psikomotorik dan afektif melalui pelatihan, lokakarya, seminar, diskusi, pelaksanaan akademik dan mimbar akademik.
B. Saran-Saran
Mudah-mudahan kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan di atas agar profesionaliatas guru-guru yang ada di Indonesia semakin berkembang lagi.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sanusi dkk, 1996, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga     Kependidikan, Bandung: PPS IKIP.
Makmun 1996, Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan, Bandung:        PPS IKIP.
Mujtahid, 2009, Pengembangan Profesi Guru, Malang:UIN-Malang Press.
Udin Syaefudin Sa’ud, 2009, Pengembangan Profesi guru, Bandung:Alfabeta.
Saudagar dan Idrus, 2009,  Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung   Persada Press.















[1]  Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung:Alfabeta,2009) hal, 98
                [2]  Saudagar dan Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2009) hal 96-97
                [3] Ahmad Sanusi dkk, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan, (Bandung: PPS IKIP,1990) HAL 54
                [4]  Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang:UIN-Malang Press,2009) hal 27
                                        
                [5]  Saudagar dan Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press , 2009)  hal 101-103
                [6]  Makmun, Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan, (Bandung: PPS IKIP,1996) 102-103
                         [7]  Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung:Alfabeta,2009) hal, 103-104

                [8]  Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung:Alfabeta,2009) Hal 105-106
                [9]  Ibid, hal 107-108
                [10] Ibid,  hal 109-110

Related Posts

Makalah Pengembangan Profesionalitas Guru
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.