Monday, December 7, 2015

Materi Antropolgi Kampus

A. Pengertian Antropologi Kampus
Kata dasar dari Antropologi berasal dari Yunani yaitu Anthros yang berarti manusia dan logos berarti ilmu. Sederhananya, Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia.
Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:

1.      William A. Haviland (seorang Antropolog Amerika) “ Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia ”
2.      David Hunter “ Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia ”.
3.      Koentjaraningrat (bapak Antropolog Indonesia) “ Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda ”.
Unsur-unsur dari suatu kebudayaan dalam artian disini adalah budaya kampus kita tidak dapat dimasukan kedalam kebudayaan kampus lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada kebudayaan itu. Tetapi harus dingat bahwa kebudayaan itu tidak bersifat statis, ia selalu berubah. Tanpa adanya “gangguan” dari kebudayaan lain atau asing pun dia akan berubah dengan berlalunya waktu. Bila tidak dari luar, akan ada individu-individu dalam kebudayaan itu sendiri yang akan memperkenalkan variasi-variasi baru dalam tingkah-laku yang akhirnya akan menjadi milik bersama dan dikemudian hari akan menjadi bagian dari kebudayaannya. Dapat juga terjadi karena beberapa aspek dalam lingkungan kebudayaan tersebut mengalami perubahan dan pada akhirnya akan membuat kebudayaan tersebut secara lambat laun menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi tersebut. Serta pada dasarnya budaya mahasiswa yang tak bisa berubah dan bersifat mutlak yaitu; diskusi, membaca dan menulis.

B. Tipologi Mahasiswa
            Ada beberapa macam tipe mahasiswa, antara lain sebagai berikut:
1.      Tipe akademis.
Aktifitas utama: concern mengurusi kuliah saja. Kelebihan mahasiswa tipe akademisi adalah mereka menonjol dalam hal perkuliahan. Mereka rajin masuk, bahkan tak pernah terlambat, rajin ke perpus, rajin baca buku, dan tak pernah ketinggalan tugas. Mereka biasanya juga lebih dekat dengan aparatur kampus terutama para dosennya. Namun sisi kekurangannya mereka kurang progresif dan kurang peka terhadap fenomena sosial, kurang peduli terhadap orang lain (individualistis), dan miskin relasi. Target mereka kuliah cepat selesai, predikat cumlaude, dan cepat dapat kerja
2.      Tipe Aktivis.
Aktifitas utama: kuliah dan berorganisasi. Kelebihan mahasiswa aktifis mereka relatif terlatih dalam hal kepemimpinan (leadership), pandai mengorganisir sesuatu (skill managerial), pandai menyusun planning (perencanaan), mempunyai kepekaan sosial, tanggap realitas, dan lebih peduli terhadap sesama. Hal ini disebabkan oleh aktifitas keseharian mereka yang hampir seluruhnya dihadapkan dengan dunia praksis. Tugas-tugas kepengurusan dan kepanitiaan serta beberapa tugas organisasi yang dibebankan membuat mereka terlatih untuk menghadapi berbagai problematika hidup. Intensitas pertemuan mereka dengan orang lain membuat mereka mawas diri dan belajar banyak hal dari berbagai watak manusia yang berbeda-beda sekaligus dapat menipiskan sifat egoisme mereka. Mahasiswa aktifis juga biasanya lebih kaya jaringan/relasi yang membuat mereka banyak mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan. Target utama aktifis adalah kematangan pribadi.
3.      Tipe Hedonis.
Tipe mahasiswa yang hidup dengan mengikuti perkembangan zaman, up to date, gaul dan populer, namun usaha mengikuti perkembangan zaman tidak dibarenge dengan kesadaran bahwa perkembangan zaman bersifat absurd yakni menawarkan kesenangan tanpa manfaat. Bersinggungan dengan label hedoni ini, kita mengenal istilah borjuis, yaitu golongan kaya dengan kehidupan mewah yang membangun tembok besar dengan orang-orang proletar dan anti borjuasi, golongan ini biasanya bersikap apatis terhadap realitas sosial-politik.

C. PMII Dan Rekayasa Kampus
Dunia perpolitikan mahasiswa yang tak pernah lepas dari wilayah kampus membuat PMII mau atau tidak mau akan terlibat dalam pusaran rebutan kekuasaan kampus. Meskipun diakui ataupun tidak, mahasiswa pada umunya cenderung bersikap apolitis dengan berbagai isu kebijakan birokrat kampus dan para pejabat mahasiswa, namun tetap saja mahasiswa berpolitik dalam arti yang lebih luas. Dikarenakan politik memiliki lingkup yang menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan, tergantung sudut pandang masing-masing.
PMII sebagai organisasi ekstra kampus membina dan mendistribusikan kader-kadernya untuk aktif dalam lembaga-lembaga kampus, bahkan akan mendorong kadaer-kader terbaik memimpin lembaga-lembaga tersebut. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut, bagi PMII adalah sebagai ruang distribusi kader karena di lembaga tersebut kader PMII bisa menempa dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya agar lebih maju dan profesional.
PMII memandang lembaga intra kampus sangat strategis sebagai wahana kaderisasi. Pada umumnya, ada beberapa jenis lembaga kampus yang memiliki otoritas tertentu dalam mengayomi kampus dan mahasiswa, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Fakultas/Jurusan (HMF/J) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Lembaga-lembaga tersebut bermain dalam wilayah internal kampus dan kepengurusannya berisikan mahasiswa yang tercatat masih aktif program studinya. Secara umum ke tiga jenis lembaga ini memiliki andil penting dalam rekayasa kampus. Mau kemana dan bagaimana nantinya kampus akan dikelola, lembaga inilah yang akan mewujudkannya dalam tataran kerja nyata di lapangan.
Dengan menguasai lembaga intra kampus, PMII akan semakin meneguhkan perjuangannya dalam menyalurkan aspirasi mahasiswa di segala lapisan baik akademisi, organisatoris hingga preman kampus. Perlu diingat bahwa Perguruan Tinggi merupakan salah satu sarana yang dibuat dalam meningkatkan pembangunan negara secara umum, oleh karena itu tak heran bahwa banyak perubahan besar yang diawali dari gerakan lembaga kemahasiswaan ini. Adanya lapangan bola, internet, pustaka hingga tempat parkir merupakan fasilitas yang diberikan karena adanya sebuah permintaan yang dalam hal ini diajukan oleh mahasiswa secara umum dan disampaikan kepada pihak birokrat melalui lembgaga kemahasiswaan jalur komunikasi antara mahasiswa dan birokrat kampus. Ketika birokrat kampus serta lembaga-lembaga ini tidak mampu berkoordinasi dalam mengaspirasikan harapan civitas kampus umum, maka akan timbul saling ketidakpercayaan, stagnansi hingga kemerosotan akreditasi kampus dalam tataran akademis, fasilitas dan budaya.

D. Mahasiswa dan Dunia Politik
Mahasiswa merupakan bagian dari kelompok bermasyarakat/sosial yang secara khusus mendapat kesempatan mengikuti proses pendidikan formal di bangku kuliah perguruan tinggi. Potensi bekal pengetahuan yang didapat lewat bangku kuliah atau pendidikan tinggi ini, menyebabkan mahasiswa kerap dianggap sebagai salah satu segmen/bagian penting dalam kelompok sosial masyarakat. Bahkan, ada yang menyebutkan bahwa mahasiswa sebagai kelompok terpelajar intelektual atau kelompok strategis. Persepsi ini timbul karena kesadaran kritikal mahasiswa terhadap kinerja kekuasaan dan lingkungan sosialnya. Persepsi semacam ini dalam kurun waktu terdahulu menemukan basis empiriknya, yaitu peran heroik mahasiswa dalam tiap segmen perubahan sosial dan politik penting sejarah negara-berbangsa, termasuk sejarah panjang perjuangan Bangsa Indonesia.
Peran heroik mahasiswa itu cenderung gegap gempita dalam struktur kepolitikan negara-bangsa otoriter. Karena dalam struktur kepolitikan yang otoriter itu mahasiswa menemukan musuh bersama yaitu penguasa otoriter yang jadi pengikat kesatuan kekuatan mahasiswa. Sebaliknya, peran heroik mahasiswa, cenderung memudar, fluktuatif dan sepi dalam struktur kepolitikan negara-bangsa yang demokratis. Sebab, struktur kepolitikan demokratis niscaya berkepentingan mengakomodasi pelibatan kekuatan sosial secara inklusif, termasuk mahasiswa. Sehingga, gaung peran heroik mahasiswa itu tak mencuat ke permukaan, tetapi terlembaga dalam struktur politik negara-bangsa.
Selalu ada konteks lingkungan yang melingkupi gagasan dan kegiatan mahasiswa dimana dan kapanpun. Salah satu kerangka pemikiran yang dapat dipakai untuk menjelaskan realitas interaksional antara mahasiswa dengan lingkungannya adalah perspektif ekonomisme dan perspektif politisisme. Benang merah perspektif ekonomisme dan perspektif politisisme adalah fokus pada preferensi dan kepentingan bersama, bukan individu. Sehingga, dalam kerangka keberadaannya, mahasiswa dipahami sebagai komunitas yang memiliki nilai bersama (share values), bukan dipahami sebagai individu-individu mahasiswa yang memiliki nilai berfragmentasi (fragmented values). Perspektif ekonomisme mengasumsikan proses-proses politik adalah hasil dari interaksi antarkekuatan sosial yang ada dimasyarakat. Sedangkan perspektif politisisme mengasumsikan negara/pemerintah adalah juga merupakan salah satu kekuatan social yang terlibat dalam proses interaksi dengan kekuatan social yang lain.
Mahasiswa tak mungkin terlepas dari politik. Sadar atau tidak sadar, suka atau tidak suka, mahasiswa akan selalu dilingkupi oleh politik. Interaksi mahasiswa dengan politik dapat bersifat tiga arah, yaitu, mempengaruhi, dipengaruhi, atau saling mempengaruhi. 
Hingga abab 20–an, politik cenderung dilekatkan dengan konotasi idea tau ideologi. Beragam ideologi yang bermuara pada semangat kemerdekaan, nasionalism-etnik, nasionalisme-civic dan kolektivisme menjadi arus utama dalam diskursus dunia saat itu. Mahasiswa sebagai salah satu kekuatan social dalam masyarakat pun terlibat aktif dalam pergumulan ide/ideology dunia tersebut. Memasuki abab 21 hingga sekarang, konotasi politik cenderung bergeser dari sekedar ide/ideologi menjadi kehadiran/representasi. Mind-set dibalik politik kehadira/representasi mengandalkan setiap individu atapun kelompok (termasuk mahasiswa) memiliki posisi dan hak yang sama untuk berpartisipasi dalam tatanan kehidupan yang melingkupinya. 
Disamping itu, berkembang keyakinan bahwa perubahan tak mungkin terjadi hanya dengan gagasan, tetapi harus dengan pelibatan diri dalam kelembagaan politik, maka jejaring ekonomi politik niscaya menjadi persyaratan. Itu sebabnya, semua kekuatan sosial yang ada di masyarakat termasuk mahasiswa, berkepentingan membangun jejaring dengan partai politik, ormas, political executive, organisasi ekstra kampus, organisasi intra kampus, LSM, kekuatan kapital bahkan kekuatan global. Semakin luas jejaring ekonomi politik yang dimiliki, maka semakin besar peluang dilibatkan dalam kelembagaan politik. Sebaliknya, semakin sempit jejaring ekonomi politiknya, maka semakin besar peluang tersingkir dari kelembagaan politik. 



Related Posts

Materi Antropolgi Kampus
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.