Thursday, December 24, 2015

Efek Negatif Anak-Anak ber-“SOSIALISASI” di Sekolah

Efek Negatif  Anak-Anak ber-“SOSIALISASI” di Sekolah - Banyak orang tua yang menyekolahkan anak dengan alasan utama salah satunya adalah agar anak-anak mereka bisa bersosialisasi. Tapi tahukah dan sadarkah kita bagaimana mereka bersosialisasi di zaman sekarang ini ?



Mari kita baca sebuah tulisan yang di share oleh sahabat komunitas kita bunda 
Husni Alifah copy paste dari blog sebelah
PENTING UNTUK DI BACA SETIAP ORANG TUA DAN GURU
Pornografi dan Remaja Putri
Sabtu, minggu lalu, saya mengajak istri dan putera saya serta dua anak kerabat dekat saya menonton film di Gandaria City. Seusai menonton bioskop kami kemudian makan malam di sebuah restoran disana. Selama menunggu kedatangan makanan yang kami pesan, saya iseng2 mempromosikan blog saya ke mereka, karena beberapa tulisan saya memang saya tujukan untuk anak2 muda seperti mereka.
Si Koko, laki2 masih SMA kelas 2, ternyata sempat membaca tulisan saya mengenai Twitting n Facebooking, dan kami akhirnya berdiskusi mengenai hal ini sampai pembicaraan mengarah pada keprihatinan saya terhadap kebebasan akses internet bagi anak2 sekarang. Saya dan istri ketika itu melihat kesempatan untuk sekalian mengingatkan anak2 akan bahaya keterbukaan di internet, termasuk kebebasan mengakses situs2 pornografi. Lagi seru2nya mengindoktrinasi akan bahaya pornografi bagi anak2 muda belia,
si Meme, perempuan kelas 2 SMP, tiba2 dengan polosnya nyeletuk: “Iya lho Om, teman2 perempuan saya juga sudah pada nonton film begituan”.
Hekk….hampir saja minuman yang saya sedot tersembur keluar saking kagetnya.
“What??” teriak saya dan istri hampir berbarengan “Iya, bener, temen2 Meme sudah sering nonton film2 seperti itu, mereka suka bagi2 link2nya, bahkan ada yang sudah kecanduan segala” katanya melanjutkan “Emang mereka cerita ke kamu, kalau mereka pada nonton?” tanya saya dengan wajah shock plus bloon
“Iya, saya juga diajakin tapi jijik” katanya polos, ”Tapi ya itu, temen2 lain pada dipaksa-paksa nonton bareng di rumahnya. Kalau gak mau pasti dimusuhin. Malahan ada yang bilang pas lagi ujian aja masih sempet2in liat film begituan. Sampe teman2 cowok pada tahu semua kalau groupnya begitu” OMG…OMG….Ohh…My…God….
Saya sangat terkejut, benar2 terkejut mendengar hal ini. Saya bukannya baru menyadari anak2 sekarang suka menonton film2 seperti itu. Berita mengenai anak2 belum cukup umur yang tertangkap basah menonton video porno sudah seringkali saya baca, namun mendengar langsung dari sumbernya membuat saya shock juga. Teristimewa saya sangat mengenal betapa rajin, saleh, dan pandainya anak kerabat saya ini, yang berarti juga saya asumsikan teman2nya seperti itu.
Selain itu, sekolah dan lingkungan sekolahnya adalah sekolah yang baik didalam penanganan pelajaran agama, bukan sekolah yang terkenal karena keberandalannya. Di kepala saya langsung muncul kekhawatiran bagaimana dengan anak diluar sana, yang tidak terkontrol ortunya, yang ortu dan guru2nya tidak tanggap terhadap perkembangan internet dan gadget2 yang luar biasa ini. OMG…OMG…
Hal yang membuat saya lebih shock adalah karena mereka masih kelas 2 SMP, dan mereka adalah anak2 gadis yang dalam bayangan saya masih polos2 cara berpikirnya. Kok bisa mereka begitu open, berani pengumuman dan ngajak2 temennya, bukannya sembunyi2 nonton sendiri gitu. Saat itu saya sampai mual menyadari betapa berbahayanya kondisi ini. Kalau cowok mah, sudah biasalah, siapa juga tahu. Bukannya saya mengatakan cowok2 pasti lebih rusak lho ya, tapi you know lah.
Sedangkan ini, anak SMP, cewek, berani cerita2 kalau mereka menonton film beginian, benar2 luar biasa. Sayapun jadi teringat ketika pemerintah pernah mencanangkan rencana “hebatnya” untuk menggelar akses internet hingga ke pelosok2 desa beberapa tahun yang lalu. Ketika itu, saya sebagai penggemar teknologi bukan merasa bangga, malah merasa trenyuh. Saat itu gerakan penutupan akses ke situs2 porno belum pernah dikumandangkan.
Jadi menurut saya rencana hebat itu lebih tepatnya saya sebut rencana bodoh merusak generasi muda. Saya membayangkan bagaimana nanti anak2 berbondong2 mengakses internet, click sana click sini dan waaallllaaaa….muncul si Miyabi menyapa anak2 tanpa selembar kainpun melekat di badannya.
Kemudian, anak2 mulai kasak kusuk, dan mulai menyebar, sementara ortu2nya yang kebanyakan belum tersentuh teknologi canggih ini senyum2 dengan bangga bahwa anaknya sekarang sudah jagoan internet. OMG…
Pornografi di Negara kita ini sebenarnya sudah sedemikian gilanya, namun tidak ada gerakan super serius dari pemerintah untuk memberantasnya. Banyak sudah lembaga masyarakat yang meributkan hal ini, tapi belum pernah ada tindakan nyata untuk memberantasnya.
Beberapa tahun lalu sebelum akses internet semudah dan secepat seperti sekarang ini, film2 porno dalam bentuk keping VCD amat sangat mudah ditemui. Dengan berbekal 20 ribu rupiah, kita bisa memperolehnya digelar bebas di sepanjang jalan di daerah Glodok, Jakarta. Semua jenis pornografi bisa kita beli dengan sangat mudahnya, dan terang2an. Saya saja sampai miris melihat cover VCD dengan segala macam pose dipajang bebas di lapak2 disepanjang jalan itu.
Orang2 tua yang tidak menyadari hal itu dan tanpa sengaja mengajak anak2nya kesana pasti akan kebingungan menutupi mata anak2nya. Dan itu berlangsung hingga sekarang, tanpa ada sedikitpun tindakan dari yang berwenang, padahal mudah sekali membrangusnya. Sekarang anak2 sudah tidak perlu lagi harus pergi jauh2 ke Glodok, sembunyi2 mencari VCD seperti itu, mereka sudah bisa menontonya di kamar sendiri. Menggunakan alasan harus membuat tugas sekolah dan membutuhkan akses internet, mereka meminta ke orang tua USB modem yang sangat mudah ditemukan dimanapun, plus pulsa seharga 100 ribu rupiah sebulan, maka bim salabim…semua tersedia di depan mata frown emotikon.
Saya tahu sebagian dari adik2/anak2 yang membaca posting saya ini akan mengatakan saya kuno, gak modern dlsb.
Tetapi sebagai orang tua, saya wajib mengingatkan kalian akan bahayanya pornografi ini, terutama karena kalian memiliki kebebasan yang luar biasa untuk mengaksesnya, dan kami, para orang tua menaruh kepercayaan besar tanpa bisa mengawasi apalagi melarang.
Jadi jagalah kepercayaan kami ini dan bentengilah diri kalian sendiri. Wahai anak2ku semua, sadarkah kalian kalau hal itu termasuk dosa bagi umat beragama? Sadarkah kalian bahwa film2 itu belum saatnya kalian tonton karena kalian belum tahu akibat buruknya secara nyata bukan hanya teori, terutama bagi remaja puteri? Sadarkah kalian kalau kecanduan pornografi jauh lebih berbahaya daripada narkoba, karena narkoba hanya merusak diri kita sendiri sedangkan pornografi bisa merusak orang lain atau bahkan keluarga kita dan orang lain?
Dan wahai para orangtua yang saya hormati, janganlah merasa bangga kalau melihat anak2 kita tekun bekerja di depan computer, mengatakan bahwa mereka sedang research di internet. Please sekali2 cek apa yang mereka lakukan.
Karena banyak ortu yang ‘gaptek’ dan bangga sekali melihat anaknya dari pagi hingga malam ketak ketik di depan computer, padahal mungkin mereka sedang asyik dengan hal lain.
Meskipun kita percaya anak2 tidak akan melakukannya, tetapi teknologi sekarang sedemikian hebatnya sehingga anak2 yang tadinya tidak berniat melakukannya akan terseret juga.
Beberapa website, seperti situs2 untuk mencari game2 atau lagu2 gratisan atau mencari serial number, akan secara automatis mem’pop-up’ situs2 porno meski tidak kita click. Jika situs porno yang di’pop-up’ itu kita tutup akan keluar lebih banyak lagi, kita tutup, keluar lebih banyak lagi, memaksa kita untuk meng’click’ situs2 itu.
So, be very very careful. Ada banyak aplikasi Parental Control System yang dijual untuk membatasi akses mereka ke situs2 tertentu, salah satu contoh yang pernah saya pakai adalah Net Nanny.
Aplikasi ini cukup mudah dipakai, dan bisa kita set untuk membatasi penggunaan mereka (hari dan jam akses), dan membatasi akses ke situs2 tertentu serta juga kata2 yang mereka cari. Semoga sharing saya berguna… Salam,

Sumber: Ayah Edy

Jangan lupa dishare ya, karena Berbagi Itu Indah  

Related Posts

Efek Negatif Anak-Anak ber-“SOSIALISASI” di Sekolah
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.