Wednesday, December 16, 2015

"MEREKA" yang Natalan, Ko "kalian" yang Repot

Seperti halnya penentuan awal Ramadhan, pemberian ucapan selamat Natal oleh seorang muslim kini ramai diperdebatkan. Mungkin perdebatan seperti ini hanya terjadi di Indonesia, karena di Indonesia terdiri dari berbagai suku dan agama yang berbeda-beda.


Perdebatan seperti ini adalah sesuatu yang biasa di kalangan muslim. Masing-masing mempunyai dalil. Ada yang membolehkan dan ada yang tidak. Semua harus saling menghargai. Di kalangan umat Islam sendiri diajarkan untuk TOLERANSI.

Tidak sedikit dari umat Islam yang kurang tepat dalam memahami makna toleransi ini. Toleransi itu artinya menghargai, membiarkan, mengizinkan. Tetapi kita boleh sampai kepada “mengikuti”.

Contoh pertama:

 Si A dan B berteman akrab. A seorang muslim dan B Kristen. Suatu hari mereka jalan bareng naik motor. Saat adzan Magrib tiba, A berkata pada B, "Sori Bro, kita berhenti dulu ya. Gue mau cari masjid dulu, mau shalat."
"Oke," Jawab si B. "Gue tunggu di luar ya."
"Oke!"

Contoh kedua:

Si B ikut masuk ke masjid dan ikut shalat.
Si A ikut si B ke gereja untuk merayakan Natal.

Terdapat perbedaan antara contoh pertama dan kedua. Contoh pertama menjelaskan makna toleransi terhadap agama lain, dengan mengizinkannya beribadah tanpa menghina atau menghalanginya walaupun berbeda keyakinan.

Contoh yang kedua adalah bukan lagi termasuk toleransi yang tepat, tetapi itu adalah KEBABLASAN, karena dia telah mengikuti keyakinan yang lain. Toleransi itu jelas menghargai, bukan mengikuti.

Belakangan ini sering terjadi dimana suatu perusahaan atau toko “memaksa” kepada para karyawannya untuk memakai atribut natal pada saat perayaan natal. Kalau seperti ini terjadi maka sudah melanggar hak beragama seorang karyawan. Seharusnya umat muslim menghargai mereka yang merayakan natal, dan mereka yang natal juga menghargai orang yang berbeda keyakinan dengan mereka. Seperti itulah makna TOLERANSI.

Di kalangan umat islam juga sebenarnya menimbulkan sesuatu yang terasa “lucu”, karena dari pihak Kristiani tdak pernah meminta untuk diucapkan selamat pada saat Hari Raya mereka oleh seorang muslim. Tetapi kenapa kita (muslim) ko yang repot memperdebatkannya?

Kenapa hanya hari Natal saja yang dipermasalahkan? Kenapa Hari Raya agama yang lain tidak begitu “ramai” seperti ini? Ya setiap konflik yang muncul pasti ada motif di belakangnya. Apalagi kita hidup di Indonesia, terdiri dari berbagai macam suku dan agama.

Jadi, tetaplah saling bertoleransi antar umat beragama. Apalagi agamanya sama, wajib toleransinya,, hehe
Salam Damai untuk NKRI-ku...


Related Posts

"MEREKA" yang Natalan, Ko "kalian" yang Repot
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.