Saturday, December 26, 2015

Makalah Ciri Ciri Kalimat Efektif

KALIMAT EFEKTIF
            Kalimat efektif  ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif sangat mengutamakan keefektifan informasi, sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
            Kalimat efektif memiliki ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan.

A.  Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan memiliki beberapa ciri, seperti yang tercantum di bawah ini.
1)   Kalimat itu memiliki subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek     dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan kata    depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut,    dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
(1)  Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
(2)  Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
2)   Tidak terdapat subjek yang ganda
(3)  Soal itu saya kurang jelas. (Salah)
(4)  Soal itu bagi saya kurang jelas. (Benar)

3)   Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
(5)  Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Salah)
(6)  Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Benar)
(7)  Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Benar)
4)   Predikat kalimat tidak didahului dengan kata yang.
(8)  Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. (Salah)
(9)  Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. (Benar)

B.  Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk ke dua dan seterusnya menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk ke dua juga menggunakan verba.
Contoh:
(10)      Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
(11)      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan        pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem air,             dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (10) tidak memliki kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yakni dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan menyejajarkan kedua bentuk itu.
(10a) Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
            Kalimat (11) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yakni kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu dapat diperbaiki menjadi predikat nominal, sebagai berikut.
(11a) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan   tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem air, dan        pengaturan tata ruang.
C.  Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Beberapa cara untuk membentuk penekanan dalam sebagai berikut.
1)   Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
(12)      Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan         Negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya: Presiden mengharapkan
(13)      Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan          negaranya.
Penekanannya: Harapan Presiden
2)   Membuat urutan kata yang bertahap
(14)      Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah   disumbangkan kepada anak-anak telantar.
Seharusnya:
(15)      Bukan seratus,seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah,             telah disumbangkan kepada anak-anak telantar.
3)   Melakukan pengulangan kata (repetisi)
(16)      Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan       mereka.
4)   Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
(17)      Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur
5)   Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
(18)      Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

D.  Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat menggunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Kehematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1)   Penghematan dapat dilakukan dengan menghilangkan pengulangan subjek.
            Perhatikan contoh berikut ini.
(19)      Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
(20)      Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang.
Perbaikan kalimat di atas adalah sebagai berikut ini.
(21)      Karena tidak diundang, dia  tidak datang ke tempat itu.
(22)      Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden            datang.
2)   Penghematan dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Kata merah sudah mencakup kata warna
Kata pipit sudah mencakup kata burung
Perhatikan kalimat berikut ini.
(23)      Ia memakai baju warna merah.
(24)      Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat (23) dan (24) dapat diubah menjadi
(23a)    Ia memakai baju merah.
(24a)    Di mana engkau menangkap pipit itu?

3)   Penghematan dapat dilakukan dengan menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas
Kata turun bersinonim dengan ke bawah
Kata hanya bersinonim dengan saja
Kata sejak bersinonim dengan dari
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(25)      Dia hanya membawa badannya saja.
(26)      Sejak dari pagi dia termenung.
Kalimat (25) dan (26) dapat diperbaiki menjadi (kalimat (25a) dan (26a).
(25a)    Dia hanya membawa badannya
(26a)    Sejak pagi dia termenung.

E.  Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat dalam kalimat efektif adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
(27)      Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Kalimat (27) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal? Mahasiswa tahu perguruan tinggi.
(28)      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (28) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang? seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan juga kalimat (29) berikut ini.
(29)      Bagian yang diceritakan menceritakan adalah putra-putri raja,        para hulubalang, dan para menteri.
Pilihan kata kalimat (29) salah karena mengandung dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diperbaiki menjadi
(29a) Bagian yang diceritakan adalah putra-putri raja, para hulubalang,     dan para menteri.
F.   Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat efektif adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
1)   Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berfikir yang tidak simetris.
Perlu dihindari menyusun kalimat yang panjang. Kalimat yang panjang dapat mengaburkan maksud yang ingin disampaikan penulisnya.
Misalnya:
(30)      Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-    orang kota yang telah telanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu         dan secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia     Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Silakan Anda perbaiki kalimat di atas agar menjadi kalimat yang padu!
2)   Ada dua macam kalimat pasif, yaitu kalimat pasif biasa dan kalimat pasif persona. Kalimat pasif biasa terjadi apabila kalimat yang berpola SPO dialihkan dengan memosisikan objek menjadi subjek dan predikat yang berawalan meng- menjadi predikat yang berawalan di-. Sementara itu, kalimat pasif persona terjadi apabila awalan di- pada predikat pasif biasa digantikan dengan kata ganti pelaku. Coba Anda perhatikan contoh berikut.
(31)      Saya mencari udang. (SPO aktif)
(32)      Udang itu dicari oleh saya. (pasif biasa)
(33)      Udang itu saya cari. (pasif persona)
(34)      Surat itu sudah saya baca. (pasif persona)
(35)      Surat beliau sangat saya harapkan. (pasif persona)

Jika dalam kalimat aktif itu terdapat aspek atau modalitas, aspek atau modalitas itu selalu berada di depan predikat. Kalimat berikut memperjelas hal itu.
(36)      Mereka telah mendatangi DPR. (aktif)
(37)      DPR telah didatangi oleh mereka. (pasif biasa)
(38)      DPR telah mereka datangi. (pasif persona)
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + modal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Perhatikan kalimat (39) dan (40) yang tidak padu berikut ini.
(39)      Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
(40)      Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-    rumah adat.
Kalimat (39) dan (40) diperbaiki menjadi:
(39a) Mereka membicarakan kehendak rakyat.

(40a) Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-                  rumah adat.

Related Posts

Makalah Ciri Ciri Kalimat Efektif
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.